Bacaan:
Tanggal 10/11 September 2022
Perikop “menantang” kita untuk berkomitmen dalam mengikut Yesus, seorang pengikut Kristus, harus siap dengan “resiko penderitaan” yang mungkin akan dialaminya, suatu “beban salib” yang harus dipikul karena pilihan sikap iman & ketaatannya pada kebenaran firman. Ay. 28-32, mengilustrasikan “ada harga yang harus dibayar”, resiko yang harus diperhitungkan sebelum bertindak, juga dalam mengikut Yesus, mestinya kita harus siap menanggung konsekuensi hidup beriman.
Perumpamaan dalam perikop sebelumnya (Lukas 14:16-24), menggambarkan tuan yang marah karena para undangan banyak berdalih/alasan untuk tidak menghadiri pesta, dan malah sibuk dengan kegiatan sendiri/urusan masing-masing, dengan kata lain mereka mengabaikan tuan atau meremehkan tuan tersebut. Bukankah kita sering banyak alasan dalam mengikut Kristus, apalagi jika ada pengorbanan besar yang harus kita tanggung jika memilih untuk taat dan memilih untuk percaya?
Mengikut Yesus menantang kita untuk siap/berani mengambil langkah iman (memikul salib), siap dan rela menderita akibat pilihan iman, memilih untuk taat pada kebenaran firman, berarti siap juga untuk:
- Siap mengutamakan (mentaati) Kristus di atas siapapun juga. Seorang murid harus rela menjadikan Kristus segalanya, melampaui cintanya pada orangtua, anak, saudara bahkan melampaui cintanya pada diri sendiri (ay. 26).
- Siap menderita penolakan (mengalami krisis relasi) bahkan mungkin dalam keluarga sendiripun bisa ditolak / tidak disukai (ay. 26) terlebih jika ada perbedaan keyakinan.
- Siap mengutamakan Kristus melampaui apapun juga, (ay. 33), melampaui segala miliknya, kekayaan dan segala hal yang selama ini sering dibanggakannya.
- Siap menjadi orang yang berguna, bagai garam yang banyak manfaatnya (ay.34-35a), garam yang tidak tawar, banyak gunanya untuk kehidupan. Demikianlah orang percaya harus siap menjadi berkat bagi sekelilingnya, walau untuk itu ia harus menderita, itulah bukti ia seorang murid Kristus.
Jadi apakah hari ini, kita cuma “gerombolan orang yang berduyun-duyun di sekitar Yesus”, namun tidak mengalami Kristus dalam dirinya? Tidak ada komitmen dan kerelaan apa-apa untuk mengutamakan Kristus, tidak mau menderita, atau pengikut yang mau cari enaknya saja? Atau apakah kita hari ini telah membuktikan diri kita adalah seorang murid yang berkomitmen, hal itu dibuktikan dengan menjadikan Kristus Raja yang memerintah hidup kita? Dibuktikan dengan bukti kerelaan menderita (memikul salib), kerelaan melepaskan segala hal yang merintangi iman kita, kerelaan hidup berguna dan menjadi berkat walau di tengah segala kekurangan dan keterbatasan diri kita? Selamat membuktikan diri sebagai murid Kristus sejati! (PL)