
Yesus Sahabat Sejalan
Dari perjalanan mudiknya dua murid Yesus ke Emaus ini kita sadar ternyata kesanggupan seseorang untuk menghadapi jurang antara ekspektasi dan realita itu berbeda. Kesebelas murid Yesus memilih tetap tinggal di Yerusalem, sedangkan dua murid ini memutuskan pulang kampung. Lalu apa yang hendak disampaikan dari kisah ini kepada kita, ketika kita juga mengalami bahwa realita yang kita hadapi beda jauh dari ekspektasi?
Kedua, ketika Yesus bertanya pada mereka “apa yang terjadi?” dua murid ini menjawab “apakah hanya engkau orang asing di Yerusalem yang tidak mengerti apa yang terjadi?”. Ayat ini memberikan pelajaran yang sungguh berharga bahwa sering kita memperlakukan orang yang paling dekat dengan kita bahkan keluarga kita sebagai orang asing. Kita tidak memberikan perlakuan bagaimana seharusnya mereka diperlakukan sebagai seorang yang dekat, hangat dan dapat kita percaya. Kita bahkan menjauhi keluarga kita, pasangan kita serta anak-anak kita. Yesus bertanya pada kita, sudahkan kita memperlakukan orang-orang terdekat kita dengan semestinya? Sudahkan kita memperlakukan keluarga kita dengan penuh cinta kasih?
Ketiga, ketika dua murid itu makan bersama Yesus mereka baru sadar bahwa orang yang selama ini mereka perlakukan sebagai orang asing ternyata adalah Yesus sendiri. Demikian juga dengan kita, ketika ekspektasi tidak berbanding lurus dengan realita kita sering menggugat ketidakhadiran Tuhan, padahal yang menjadi masalah bukanlah Tuhan hadir bersamaku atau tidak? melainkan kurangnya kepekaan kita atas kehadiranNya. Mengapa demikian? Karena Tuhan selalu hadir, Ia menyertai perjalanan kita juga ketika kita harus mengalami perjalanan dalam macam-macam kekecewaan batin. Maka marilah kita mengasah kepekaan kita atas kehadiran Tuhan yang dapat mewujud dalam apapun. Tuhan memberkati!
-SA-